A. Pendahuluan
Sungguh, manakala pengamalan zikir
dan wirid telah meresap di dalam hati seorang hamba Allah, maka buah zikir itu
akan tampak tanda-tandanya dalam setiap perbuatan dan perkataannya. Lidah orang
ahli zikir tidak mempercakapkan kecuali nama-Nya. Tubuh mereka tidak bergerak
kecuali untuk menjalankan perintah-Nya, dan pikiran mereka tidak berkembang
menjadi tindakan kecuali untuk-Nya. Kehidupan batin mereka bersih dari kotoran.
Kata-katanya bebas dari kebohongan, kekejian, hasutan dan fitnah. Pikirannya
bening, bersinar dan memancarkan kebenaran karena mendapat petunjuk dari Tuhan.
Singkatnya, lidah mereka mengutarakan apa yang dikandung hati, dan hati mereka
milik rahasia batin, dan rahasia batin adalah milik Allah. Zikir yang dilakukan
secara teratur akan menuntun pelakunya senantiasa mampu mengendalikan hati dan
pikirannya, dapat menjernihkan pikiran dan kesadarannya untuk memahami akan
keberadaan dirinya. Tujuan tulisan adalah untuk mengajak umat islam membumikan
zikir dan wirid setiap selesai shalat.
B. Zikir dan
wirid dengan suara keras setelah shalat
Kondisional
saja, zikir dengan suara keras jika bertujuan memberikan pelajaran dan atau
memberikan semangat dalam zikir ya tentu lebih utama dengan keras. Sebagian diantaranya dalil
berzikir dengan suara keras setelah shalat adalah hadis riwayat al-Bukhari dan
Muslim berikut dari Abdullah bin Abbas berikut:
أَنَّ
رَفْعَ الصَّوْتِ بِالذِّكْرِ حِينَ يَنْصَرِفُ النَّاسُ مِنْ الْمَكْتُوبَةِ
كَانَ عَلَى عَهْدِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
Sungguh
mengeraskan suara dalam berzikir saat orang-orang selesai melaksanakan shalat
maktubah sudah ada di zaman Nabi Muhammad Saw.
Berzikir dengan metode Jahr (menyaringkan
suara) menurut nas dan qaul ulama memiliki sandaran kuat dari al-Qur’an dan Hadis. Diantaranya adalah firman Allah:
فَإِذَا
قَضَيْتُمُ الصَّلٰوةَ فَاذْكُرُوا الله قِيٰمًا وَقُعُودًا وَعَلَى جُنُوبِكُمْ
فإِذَااطْمَأْ نَنْتُمْ فَأَقِيْمُواالصَّلٰوةَ إِنَّ الصَّلٰوةَ كَانَتْ عَلَى
الْمُؤْمِنِيْنَ كِتَٰبًا مَوْقُوْتًا[1]
Artinya: Maka
apabila kamu telah menyelesaikan shalat (mu), ingatlah Allah di waktu berdiri,
di waktu duduk dan di waktu berbaring. Kemudian apabila kamu telah merasa aman,
maka dirikanlah shalat itu (sebagaimana biasa). Sesungguhnya shalat itu adalah
kewajiban yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman.
Imam as-Syafi’i berkata: Dan ini adalah termasuk perkara mubah bagi imam dan
selain makmum. Dan siapapun imam yang berzikir menyebut Allah dengan zikir yang telah aku sifati atau
dengan zikir yang lain, baik dengan keras
maupun pelan, maka hal itu baik. Dan aku memilih untuk imam dan makmum
hendaknya mereka berzikir kepada Allah setelah selesai dari shalat seraya memelankan zikirnya, kecuali bagi imam yang
berkewajiban dijadikan belajar (oleh makmum) maka imam mengeraskan suaranya
sehingga sang imam berpendapat bahwa makmum sungguh telah belajar darinya, baru
kemudian imam memelankan (zikirnya).
[2]
Sayyid
Abdurrahman bin Muhammad bin Husein bin Umar
mengatakan bahwa berzikir itu laksana orang yang membaca al-Qur’an, yang
diperlukan kejelasan ayat dan riwayatnya, dan juga diperlukan keras suaranya,
apabila tidak khawatir riya dan tidak mengganggu kepada orang shalat. Berzikir
seperti itu lebih afdhal, karena sesungguhnya zikir yang banyak itu akan
melimpah ruah pahalanya kepada yang mendengarnya. Dan manfaat berzikir jahar
itu akan mengetuk hati penyebutnya, menciptakan konsentrasi (fokus) pikirannya
terhadap zikirnya, mengalihkan pendengarannya pada zikir, menghilangkan rasa
kantuk, serta menambah semangat (bersungguh-sungguh).[3]
C. Zikir dan
Wirid
Mengucapkan tasbih, tahmid, takbir, tahlil
dan istigfar adalah sesuatu yang sangat dianjurkan dan diperintahkan Allah
dalam al-Qur’an. Kalimat tayyibah tersebut dapat meningkatkan iman dan takwa
serta mensucikan diri dari berbagai kotoran dan dosa. Banyak membaca kalimat
tersebut juga dapat menjaga dan memelihara diri dari jeratan tipu daya syetan
yang menyesatkan.
v Tentang Tasbih
(Mensucikan Allah), Tahmid (Memuji Allah), Tahlil (Mengesakan Allah), Takbir (Mengagungkan Allah), dan Istigfar
(Memohon AmpunanNya)
Firman Allah Swt:
سَبَّحَ لله مَا فِى السَّمٰوٰتِ و
مَا فِى الأَرْضِ وَ هُوَالْعَزِيْزُ الْحَكِيْمُ[4]
Artinya: Bertasbih kepada Allah apa saja yang ada
di langit dan apa saja yang ada di bumi; dan Dia-lah Yang Maha Perkasa lagi
Maha Bijaksana.
وَقُلِ الْحَمْدُ لله الَّذِى لَمْ
يَتَّخِذْ وَلَدًا وَ لَمْ يَكُنْ لَهُ, شَرِيْكٌ فِى الْمُلْكِ وَ لَمْ يَكُنْ
لَهُ, وَلِيٌّ مِنَ الذُّلِّ وَكَبِّرْهُ تَكْبِيْرًا[5]
Artinya: Dan katakanlah: “Segala puji bagi Allah Yang tidak mempunyai anak
dan tidak mempunyai sekutu dalam kerajaan-Nya dan Dia bukan pula hina yang
memerlukan penolong dan agungkanlah Dia dengan pengagungan yang
sebesar-besarnya.
وَذَاالنُّوْنِ
إِذْ ذَّهَبِ مُغٰضِبًا فَظَنَّ أَنْ لَنْ نَّقْدِرَ عَلَيْهِ فَنَادَىٰ فِى
الظُّلُمٰتِ أَنْ لاَ إله إلآ أنْتَ سُبْحٰنَكَ إِنِّى كُنْتُ مِنَ الظّٰلِمِيْنَ[6]
Artinya: Dan
(ingatlah kisah) Zun Nun (Yunus), ketika ia pergi dalam keadaan marah, lalu ia
menyangka bahwa Kami tidak akan mempersempitnya (menyulitkannya), maka ia
menyeru dalam keadaan yang sangat gelap: “Bahwa tidak ada Tuhan (yang berhak
disembah) selain Engkau. Maha Suci Engkau,
sesungguhnya aku adalah termasuk orang-orang yang lalim.”
لَنْ يَنَالَ الله لُحُومُهَا
وَلاَ دِمَاؤُهَا وَلٰكِنْ يَنَالُهُ التَّقْوَىٰ مِنْكُمْ كَذٰلِكَ سَخَّرَهَا
لَكُمْ لِتُكَبِّرُوااللهَ عَلَى مَا هَدٰكُمْ وَ بَشِّرِ الْمُحْسِنِيْنَ[7]
Artinya: Daging-daging
unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridaan) Allah, tetapi
ketakwaan dari kamulah yang dapat mencapainya. Demikianlah Allah telah
menundukkannya untuk kamu supaya kamu mengagungkan Allah terhadap hidayah-Nya
kepada kamu. Dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang berbuat baik.
وَ اسْتَغْفِرِاللهَ إِنَّ اللهَ كَانَ غَفُورًا
رَّحِيْمَا[8]
Artinya: Dan
mohonlah ampun kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang.
Adapun bacaan zikir dan wirid adalah sebagai berikut:
اَسْتَغْفِرُ اللهَ اْلعَظِيْمَ اَلَّذِى لاَ اِلهَ
اِلاَّ هُوَ اْلحَيَّ الْقَيُّوْمَ وَاَتُوْبُ اِلَيْهِ تَوْبَةَ عَبْدٍ ظَالِمٍ
لاَ يَمْلِكُ لِنَفْسِه ضَرًّا وَلاَ نَفْعًا وَلاَ مَوْتًا وَلاَ حَيَاةً وَلاَ
نُشُوْرًا 3 كالى
اَللّهُمَّ اَنْتَ السَّلاَمُ وَمِنْكَ السَّلاَمُ
وَاِلَيْكَ يَعُوْدُ السَّلاَمُ فَحَيْنَا رَبَّنَا بِالسَّلاَمِ وَاَدْخِلْنَا
اْلجَنَّةَ دَارَ السَّلاَمِ تَبَارَكْتَ رَبَّنَا وَتَعَالَيْتَ يَاذَا
الْجَلاَلِ وَاْلاِكْرَامِ
أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ *
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ * اَلْحَمْدُ ِللهِ رَبِّ اْلعَالَمِيْنَ *
اَلرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ * مَالِكِ يَوْمِ الدِّيْنِ * إِيَّاكَ نَعْبُدُ
وَإِيَّاكَ نَسْتَعِيْنُ * اِهْدِنَا الصِّرَاطَ اْلمُسْتَقِيْمَ * صِرَاطَ
الَّذِيْنَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوْبِ عَلَيْهِمْ وَلاَ
الضَّالِّيْنَ آمِيْنَ
اَللهُ لاَ اِلهَ اِلاَّ هُوَ اْلحَيُّ الْقَيُّوْمُ ...
الخ
لَقَدْ جَاءَكُمْ رَسُوْلُ مِنْ اَنْفُسِكُمْ عَزِيْزٌ
عَلَيْهِ مَاعَنِتُّمْ حَرِيْصٌ عَلَيْكُمْ بِالْمُؤْمِنِيْنَ رَئُوْفٌ الرَّحِيْم
. فَاِنْ تَوَلَّوْ فَقُلْ حَسْبِيَ اَللهُ لاَ اِلهَ إِلاَّ هُوَ عَلَيْهِ
تَوَكَّلْتُ وَهُوَ رَبُّ الْعَرْشِ الْعَظِيْمِ
شَهِدَ اللهُ اَنَّه لاَ اِلهَ اِلاَّ هُوَ
وَالْمَلاَئِكَةُ وَاُلُوْا الْعِلْمِ قَائِمًا بِالْقِسْطِ . لاَ اِلهَ إِلاَّ
هُوَ الْغَزِيْزُ الْحَكِيْمُ
اِنَّ الدِّيْنَ عِنْدَ اللهِ اْلاِسْلاَمُ . قُلِ
اللّهُمَّ مَالِكَ الْمُلْكِ تُؤْتِى الْمُلْكَ مَنْ تَشَاءُ وَتَنْزِعُ الْمُلْكَ
مِمَّنْ تَشَاءُ وَتُعِزُّ مَنْ تَشَاءُ وَتُذِلُّ مَنْ تَشَاءُ بِيَدِكَ
الْخَيْرُ اِنَّكَ عَلى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ
تُوْلِجُ الَّيْلَ فِى النَّهَارِ وَتُوْلِجُ النَّهَارَ
فِى الَّيْلِ وَتُخْرِجُ الْحَيَّ مِنَ الْمَيِّتِ وَتُخْرِجُ الْمَيِّتَ مِنَ
الْحَيِّ . وَتَرْزُقُ مَنْ تَشَاءُ بِغَيْرِ حِسَابِ
v
اِلهِى يَارَبِّناَ سُبْحَانَ اللهِ 33 كالى، دسودهى دعن
وَبِحَمْدِه دَائِمًا اَبَدًا
v
اَلْحَمْدُ ِللهِ 33 كالى . دسودهى دعن رَبِّ
الْعَالَمِيْنَ عَلى كُلِّ حَالٍ وَفِى كُلِّ حَالٍ وَنِعْمَةٍ
v
اَللهُ اَكْبَرُ 33 كالى . دسودهى دعن كَبِيْرًا
وَالْحَمْدُ ِللهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَاَصِيْلاً لاَ
اِلهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَه لاَ شَرِيْكَ لَه . لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ
يُحْيى وَيُمِيْتُ وَهُوَ عَلى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ . وَاِلَيْهِ الْمَصِيْرُ
وَلاَ حَوْلاَ وَلاَ قُوَّةَ اِلاَّ بِاْللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ
* Wirid shalat shubuh *
اَسْتَغْفِرُ اللهَ اْلعَظِيْمَ اَلَّذِى لاَ اِلهَ
اِلاَّ هُوَ اْلحَيَّ الْقَيُّوْمَ وَاَتُوْبُ اِلَيْهِ تَوْبَةَ عَبْدٍ ظَالِمٍ
لاَ يَمْلِكُ لِنَفْسِه ضَرًّا وَلاَ نَفْعًا وَلاَ مَوْتًا وَلاَ حَيَاةً وَلاَ
نُشُوْرًا 3 كالى
اَللّهُمَّ اَنْتَ السَّلاَمُ وَمِنْكَ السَّلاَمُ
وَاِلَيْكَ يَعُوْدُ السَّلاَمُ فَحَيْنَا رَبَّنَا بِالسَّلاَمِ وَاَدْخِلْنَا
اْلجَنَّةَ دَارَ السَّلاَمِ تَبَارَكْتَ رَبَّنَا وَتَعَالَيْتَ يَاذَا
الْجَلاَلِ وَاْلاِكْرَامِ
أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ *
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ * اَلْحَمْدُ ِللهِ رَبِّ اْلعَالَمِيْنَ *
اَلرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ * مَالِكِ يَوْمِ الدِّيْنِ * إِيَّاكَ نَعْبُدُ
وَإِيَّاكَ نَسْتَعِيْنُ * اِهْدِنَا الصِّرَاطَ اْلمُسْتَقِيْمَ * صِرَاطَ
الَّذِيْنَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوْبِ عَلَيْهِمْ وَلاَ الضَّالِّيْنَ
آمِيْنَ
وَاِلـهُكُمْ اِلهُ وَّاحِدٌ لآَ اِلهَ إِلاَّ هُوَ
الرَّحْمنُ الرَّحِيْمِ . اَللهُ لاَ اِلهَ إِلاَّ هُوَ اْلحَيُّ اْلقَيُّوْمُ لاَ
تَأْخُذُه سِنَةٌ وَلاَ نَوْمُ لَه مَا فِىْ السَّمَاوَاتِ وَمَا فِىْ اْلأَرْضِ
مَنْ ذَا الَّذِيْ يَشْفَعُ عِنْدَه إِلاَّ بِاِذْنِه يَعْلَمُ مَا بَيْنَ
اَيْدِيْهِمْ وَمَا خَلْفَهُمْ وَلاَ يُحِيْطُوْنَ بِشَيْءٍ مِنْ عِلْمِه إِلاَّ
بِمَا شَاءَ وَسِعَ كُرْسِيُّهُ السَّمَاوَاتِ وَاْلأَرْضِ وَلاَ يَؤُوْدُه
حِفْظُهُمَا وَهُوَ اْلعَلِيُّ اْلعَظِيْمُ
D. Penutup
Dari
penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa hukum zikir dan wirid dengan metode jihar dan secara
berjama’ah setelah shalat fardhu tidaklah haram (bid’ah) sebagaimana
pendapat sebagian kecil umat Islam. Bahkan penjelasan di atas
mengisyaratkan bahwa hukum zikir dengan jihar dan secara berjama’ah
setelah shalat fardhu itu hukumnya boleh dan sunnah.
[2] asy-Syafi’i, al-Ūmm, Juz. I, h. 127. Lihat juga, an-Nawawi, al-Azkar, Juz. I, h. 70.
[3] Sayyid Abdurrahman
Ba’lawi, Bugyah, Juz. I, h. 48.
[4] Q.S, aṡ-Ṡhāf/ 61: 1. Lihat Ṭāhā/ 20: 130. al-Isrā’/ 17: 43-44. Yāsīn/ 36: 83.
al-Ḥadīd/ 57: 1. as- Sajadah/ 32: 15.
[5] Q.S, al-Isrā’/ 17: 111.
Lihat al-Kahfi/ 18: 1. an-Naml/ 27: 59. al- Qaṡaṡ/ 28: 70.
[6] Q.S, al-
Anbiyā‘/ 21: 87. Lihat al-Ḥasyr/ 59: 23-24.
[7] Q.S, al-Ḥajj/ 22: 37. Lihat az-Zumar/ 39: 67.
[8] Q.S, an-Nisā’/ 4: 106. Hûd/ 11: 3 dan 90. Lihat an-Naṡr/ 110: 3.
0 comments:
Post a Comment